Benih tanaman adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk
memperbanyak atau mengembangbiakkan tanaman (UU RI No.12 Th 1992).
Menurut Sadjad, benih tanaman adalah bakal biji yang dibuahi (struktural), yang
digunakan untuk pertanaman (fungsional), sebagai sarana untuk mencapai produksi
maksium (agronomis), sebagai wahana teknologi maju yang mampu melestarikan
identitas genetik dengan mencapai derajat kemurnian genetik yang
setinggi-tingginya (teknologi), dan sebagai produk artifisial yang sangat
spesifik dan efisien. Pengertian benih diatas menunjuk pada benih dalam
pengertian biji dan bukan biji, tetapi dalam banyak hal benih masih lebih
difokuskan kepada konteks biji.
Segenggam benih
dari varietas unggul yang telah dihasilkan oleh pemuliaan tanaman, menjadi
kurang berarti manakala tidak sampai ditangan petani untuk digunakan dalam
kegiatan agronomis. Pekerjaan berat pemuliaan tanaman juga akan menjadi sia-sia
manakalah benih yang sampai ditangah petani tidak memiliki mutu yang telah
dihasilkan oleh pemulia.
Produksi
benih merupakan salah satu kegiatan pokok dalam pengadaan benih, dan
berperan sebagai kegiatan pokok yang paling awal dilakukan. Produk kegiatan
produksi tersebut adalah "calon benih" yang merupakan bahan yang akan
digunakan dalam rangkaian kegiatan-kegiatan pokok yang lain. Tingkat mutu dari
calon benih yang dihasilkan dari kegiatan produksi, sangat menentukan terhadap
tingkat mutu yang akan dihasilkan dalam pengadaan benih.
Pentingnya produksi
benih dalam program pengadaan benih, maka diperlukan teknik produksi yang baik
dengan strategi produksi yang tepat. Teknik produksi yang baik akan
diterjemahkan melalui berbagai kegiatan produksi benih yang secara umum akan
masuk dalam prinsip-prinsip produksi benih. Strategi produksi benih yang tepat
lebih diimplikasikan kepada tingkat pengelolaan produksi yang efesien dan
efektif.
Produksi
benih pada dasarnya merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam memperbanyak
segenggam benih dari varietas unggul menjadi benih dengan jumlah yang sesuai
kebutuhan dan mutu yang sudah ditentukan.
Produksi benih dapat dikategorikan menjadi 3 macam, yaitu :
- Produksi benih dalam konteks produksi benih awal (initial seed production)
- Produksi benih dalam konteks pemeliharaan varietas (variety maintenance)
- Produksi benih dalam konteks produksi benih komersial (commercial seed production).
Terdapat sedikit
perbedaan dalam sasaran utama yang hendak dicapai dari masing-masing macam
produksi benih di atas. Kemurnian genetik merupakan sasaran utama dalam initial
seed production, mempertahankan genetik dari varietas yang ada merupakan
sasaran utama dari pemeliharaan varietas, dan benih bermutu dengan jumlah yang
cukup merupakan sasaran utama dalam commercial seed production. Produksi benih
secara umum lebih diartikan sebagai produksi benih dalam konteks commercial
seed production.
Benih bermutu
merupakan benih dari varietas unggul dengan mutu genetik, fisiologis dan mutu
fisik yang tinggi sesuai dengan standar mutu pada kelasnya. Mutu genetik
berkaitan dengan kemurnian dan keseragaman, mutu fisik berkaitan dengan
keragaan, kebersihan dan kesehatan, serta mutu fisiologis berkaitan dengan
pertumbuhan dan perkembangan. Kelas benih bermutu di Indonesia ada 3 kelas, yakni
:
- Benih Penjenis (Breeder seed)
- Benih Dasar (Foundation seed)
- Benih Pokok (Stock seed)
- Benih Sebar (Extension Seed)
Terdapat dua
pola dasar perbnayakan benih bermutu, yaitu alur generasi tunggal (one
generation flow) dan alur generasi majemuk (poly generation flow).
Berbagai
kegiatan diperlukan dalam produksi benih untuk mencapai sasarannya.
Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi
- Kegiatan-kegiatan dalam memaksimalkan potensi hasil
- Kegiatan-kegiatan dalam rangka mempertahankan standar mutu terutama mutu genetik.
Kegiatan-kegiatan yang termasuk
dalam kelompok (1) sering disebut sebagai prinsip agronomis, sedangkan
kelompok (2) disebut sebagai prinsip genetik dalam produksi benih
Prinsip Agronomis
Prinsip agronomis menunjukkan pada berbagai kegiatan dalam rangka pengelolaan
lapang produksi untuk menghasilkan produksi tanaman yang maksimal sesuai
potensinya. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah :
1. Penentuan jenis tanaman/varietas dengan potensi hasil yang jelas
Langkah awal
dalam kegiatan produksi benih adalah menetapkan jenis tanaman atau varietas
yang akan diproduksi. Deskripsi karakteristik dari jenis tanaman yang akan
diproduksi harus diketahui dengan baik, terutama potensi hasil yang telah
ditetapkan oleh pemuliaan tanaman. Pengetahuan dan pemahaman terhadap deskripsi
tanaman yang akan diproduksi menjadi sangat penting, terutama dalam menentukan
langkah-langkah berikutnya dalam pengelolaan lapang produksi.
2. Penentuan agroklimat dan kondisi tanah yang sesuai.
Setiap jenis
tanaman atau varietas memiliki wilayah sebaran geografis masing-masing untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Radiasi matahari, curah hujan, suhu dan unsur
agroklimat lainnya menjadi faktor pembatas manakala tidak sesuai dengan
kebutuhan dari tanaman yang akan diusahakan. Begitu pula dengan kondisi tanah
secara fisik, biologis dan kimia akan menjadi kendala terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, jika tidak sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Unsur
agroklimat yang terpenting adalah radiasi matahari untuk proses fotosintesis,
sedangkan kondisi tanah yang terpenting adalah ketersediaan unsur hara untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Indikator
sederhana yang dapat digunakan untuk menentukan kesesuaian tanaman terhadap
agroklimat dan kondisi tanah adalah dengan mencari daerah sentra produksi dari
tanaman yang akan diproduksi. Daerah sentra produksi secara alami telah
menunjukkan adaptasi tanaman terhadap wilayah tersebut dalam rentang waktu yang
sangat lama. Kesesusaian agroklimat dan kondisi tanah terhadap tanaman yang
akan diproduksi akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan yang optimum
untuk menghasilkan produksi yang sesuai potensi yang dimiliki.
Indikator
objektif tentunya berdasarkan pada pengetahuan yang detail dan kuantitatif
terhadap karakteristik dan perilaku tanaman, sehingga dapat ditentukan kondisi
agroklimat dan tanah yang diperlukan.
3. Penentuan dan penyiapan lapang produksi
Berdasarkan
kesesuaian agroklimat dan kondisi tanah terhadap kebutuhan tanaman yang akan
diproduksi, maka dapat ditentukan lapang produksi yang akan digunakan untuk
produksi benih. Kemudian tempat lapang produksi dalam jaringan transportasi
sangat perlu diperhatikan dalam rangka efisiensi pengelolaan tanaman, hingga
pengangkutan hasil panen. Hamparan lapang produksi juga perlu diperhatikan
dalam rangka meningkatkan efisiensi pengelolaan, lapang produksi yang
terfragmentasi menjadi lahan yang kecil-kecil akan menyebabkan efisiensi yang
lebih rendah.
Penyiapan lapang
produksi merupakan kegiatan lanjutan setelah tempat lapang produksi ditentukan.
Penyiapan lapang produksi dimaksudkan sebagai kegiatan yang bertujuan untuk
menyiapkan media tanam yang baik sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang
dengan optimal untuk menghasilkan produksi yang sesuai potensinya. Penyiapan
lapang produksi mencakup berbagai kegiatan diantaranya : land clearing,
pengolahan tanah, pembuatan lubang tanam, pemberian bahan organik, dan
pembuatan saluran keluar masuknya air.
Land clearing diperlukan
terutama pada lapang produksi yang belum diolah dan masih banyak gulma dari
kelompok herba dan semak atau rerumputan yang tinggi. Kegiatan Land Clearing
sangat membantu dalam kemudahan dan peningkatan efisiensi kegiatan pengolahan
tanah. Pengolahan tanah dimaksudkan untuk mempersiapkan media tanam yang baik,
terutama melalui perbaikan sifat fisik tanah yang secara simultan akan
berpengaruh terhadap sifat biologis dan kimia tanah.
Pengolahan tanah dapat
dilakukan minimal 2 kali, yaitu pembajakan dan penggaruan. Pembuatan lubang
tanam diperlukan untuk tanaman-tanaman yang inderect planting, seperti
tomat, cabe, dan terung. Pemberian bahan organik juga sangat diperlukan untuk
meningkatkan kesuburan fisik dan biologis tanah. Pembuatan saluran keluar
masuknya air juga dilakukan untuk menyiapkan system pengairan yang baik agar
pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat berlangsung dengan optimal.
4. Penentuan tingkat populasi tanaman
Penentuan
populasi tanaman yang tepat sangat menentukan terhadap pemanfaatan hara dan
radiasi matahari secara optimum. Informasi tingkat populasi tanaman yang baik
telah banyak diketahui, terutama untuk tanaman padi, dan palawijaya serta
sayuran penting. Untuk tanaman yang tidak berupa rumpun sebagaimana halnya
padi, maka ada indikator sederhana untuk penentuan populasi tanaman. Populasi
tanaman dikatakan baik jika populasi yang ditentukan menyebabkan pengaturan
jarak tanam yang kanopi antar tanaman relatif tidak tumpang tindih.
Populasi tanaman
yang diaplikasikan dalam bentuk ukuran jarak tanam, dijadikan dasar untuk
penghitungan kebutuhan benih yang diperlukan. Informasi daya tumbuh benih
sangat diperlukan untuk memperhitungkan jumlah benih yang harus disiapkan
selama pertanaman termasuk penyulaman yang akan dilakukan.
5. Penanaman mulai dari penentuan metode tanam (langsung atau tidak langsung), persemaian, pembibitan, hingga pelaksanaan tanam.
Kegiatan penanaman mencakup metode tanam, penentuan
waktu tanam hingga pelaksanaan tanam. Metode tanam dapat dibedakan antara
tanaman yang direct planting dan indirect planting. Tanaman indirect planting
akan memerlukan kegiatan lain seperti persemaian, pembibitan dan penyiapan
luabgn tanam (kecuali padi). Informasi tentang tanaman direct dan indirect
planting telah banyak dipublikasikan, tetapi secara umum tanaman akan ditanam
secara indirect planting, jika ada beberapa alasan diantaranya :
- Ukuran benihnya relatif kecil, sehingga agak sulit jika ditebar langsung
- Fase bibit tanaman peka terhadap radiasi matahari langsung dan deraan cuaca seperti angin dan dingin
- Proteksi tanaman pada fase bibit akan dilakukan secara lebih intensif
- Waktu musim tanam dilapang produksi akan lebih panjang
- Roguing akan dilakukan sejak fase bibit
6. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman mencakup diantaranya : kegiatan
pemupukan, pengairan, pengendalian hama penyakit dan gulma (proteksi tanaman),
pemangkasan, pemberian lanjaran, pembumbunan dan pemberian para. Pemupukan
mencakup pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik biasa
diaplikasikan pada saat sebelum atau pada saat tanam. Pupuk anorganik mencakup
unsur makro seperti N, P, K dan unsur mikro seperti Fe, Mn. Aplikasi pupuk
dapat dilakukan melalui tanah terutama unsur makro, dan juga dapat diaplikasikan
melalui daun/tajuk terutama untuk unsur mikro. Hal penting yang harus
diperhatikan dalam pemupukan adalah unsur yang terkandung dalam pupuk harus
tersedia untuk tanaman pada saat tanaman membutuhkan.
Pengendalian
hama penyakit dan gulma dapat dilakukan berbagai cara seperti : sanitasi,
biologis, fisik dan kimia. Pengendalian kimia dengan menggunakan pestisida
merupakan pengendalian yang paling populer. Ketepatan jenis pestisida, dan
dosis serta konsentrasi pestisida yang digunakan merupakan hal penting yang
harus diperhatikan dalam aplikasi pestisida.
Pemeliharaan
lain yang bisa dilakukan terutama terhadap palawija sayuran seperti pemangkasan
pada tomat atau cabe, pemberian lanjaran pada kacang panjang, pembumbunan pada
kacang tanah, dan pemberian para pada pare dan labu, dapat dilakukan untuk
peningkatan efisiensi pemanfaatan radiasi matahari dan hara.
7. Pemanenan dan pengangkutan
Kegiatan panen
juga sangat menentukan terhadap tingkat produksi yang dihasilkan terutama dalam
kehilangan hasil pada saat panen. Kegiatan pemanenan yang sangat memengaruhi
tingkat produksi adalah penentuan saat panen dan cara panen.
Saat panen yang
tepat adalah pada saat tanaman menghasilkan jumlah benih yang maksimum. Cara
panen dapat dilakukan secara manual dan juga maksimum. Cara panen dapat
dilakukan secara manual dan juga dengan mesin panen. Cara manual biasanya
memisahkan antar proses pemotongan dan perontokan terutama pada padi. Panen
secara manual lebih baik hika produk yang akan dipanen agak dini, sehingga
perontokan pada saat panen dapat dihindari. Pemanenan dengan mesin panen yang
menggabungkan antara proses pemotongan dengan proses perontokan, maka panen
agak dini kurang diperlukan.
Pengangkutan
juga berpengaruh terhadap jumlah loss panen, penggunaan wadah produk panen yang
baik seperti karung yang kemudian diikat dengan baik akan menekan loss panen,
apalagi jika dalam proses pengangkutan dilakukan secara hati-hati.
Prinsip Genetik
Prinsip
geneti menunjukkan pada berbagai kegiatan dalam rangka pengelolaan lapang
produksi untuk menghasilkan produk benih yang memiliki standar mutu yang
tinggi, terutama kemurnian mutu genetik sesuai dengan keunggulan varietasnya
pada saat dilepas oleh pemulia tanaman.
1. Penentuan wilayah adaptasi
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat
tergantung pada interaksi antara faktor genotipe tanaman dengan faktor
lingkungan tempat tanaman dibudidayakan. Genotipe tanaman akan mengekspresikan
karakter-karakternya ke dalam karakter-karakter fenotipe secara baik, jika
faktor lingkungan mendukungnya. Pengaruh faktor lingkungan ini akan lebih besar
lagi terhadap pemunculan karakter-karakter kuantitatif seperti tingkat produksi
karena didasarkan pada poligenetik.
Wilayah
adaptasi tanaman dimaksudkan sebagai lokasi denga lingkungan yang sudah sesuai
terhadap genotipe suatu tanaman untuk mengeksperikan karakter-karakternya.
Variasi genetik yang tidak menguntungkan akibat pengaruh faktor lingkugan dapat
diminimumkan dengan kondisi lingkungan yang sudah sesuai (adapted).
Kegiatan
produksi benih suatu tanaman yang dilakukan pada wilayah adaptasinya merupakan
langkah awal untuk menghasilkan produk dengan genotipe yang masih bisa
dikategorikan tidak berubah. Penentuan wilayah adaptasi dapat dilakukan dengan
mengetahui deskripsi objektif yang detail dari karakter-karakter tanaman yang
akan dibudidayakan. Pengetahuan tentang daerah-daerah sentra produksi tanaman
tertentu, merupakan langkah sederhana dalam menentukan wilayah adaptasi suatu
tanaman, sebelum melakukan kegiatan produksi benih selanjutnya.
2. Penentuan benih sumber yang akan digunakan
Benih sumber yang akan digunakan dalam kegiatan
produksi benih harus dikaitkan dengan :
- Pola perbanyakan yang digunakan
- Kelas benih dari benih yang akan dihasilkan
- Mutu benih sumber
Pola perbanyakan alur tunggal mengharuskan benih
sumber yang lebih tinggi kelasnya dibanding benih yang akan dihasilkan.
Sedangkan pola perbanyakan alur majemuk, masih memungkinkan benih sumber sama
dengan kelas benih yang akan dihasilkan. Mutu benih sumber harus jelas dan
kuantitatif yang diwujudkan dalam bentuk benih bersertifikat.
3. Penentuan lahan yang tepat
Kontrol
terhadap kemurnian genetik dapat dilakukan dengan mengontrol sejarah lahan yang
akan digunakan. Kontrol terhadap sejarah lahan dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya :
- Voluntir sehingga terjadi pencampuran dan persilangan yang tidak diinginkan
- Kontaminasi penyakit yang berbahaya akibat kesamaan karakter tanaman sebelumnya dengan tanaman yang dibudidayakan
Sehingga secara umum tidak diperkenankan melakukan
kegiatan produksi benih tanaman tertentu pada lahan yang sebelumnya ditanami
tanaman yang memiliki karakter-karakter yang mirip apalagi sama. Misalnya tidak
diperkenankan menanam kedelai varietas Wilis pada tanaman bekas tanaman kedelai
varietas Lokon, kecuali diberakan terlebih dahulu minimal 3 bulan. Produksi
benih terong tidak dapat dilakukan pada lahan bekas tanaman tomat, kecuali
diberakan terlebih dahulu minimal 3 bulan.
Kontrol terhadap
lahan juga bisa dilakukan berkaitan dengan bentuk geometris lahan. Kegiatan
produksi benih sebaiknya dilakukan pada hamparan lahan yang berbentuk bujur
sangkar. Pada luasan yang sama, maka bentuk lahan bujur sangkar akan lebih
menekan jumlah tanaman pinggir yang tekontaminasi dari tanaman disekitarnya.
Misalkan areal produksi benih seluas 1ha, ada yang berbentuk persegi panjang 50
m x 200 m dan yang berbentuk bujur sangkar 100 m x 100 m. Jika diasumsikan
bahwa terjadi kontaminasi pada tanaman pinggir selebar 1 meter maka jumlah
kontaminan pada :
Petakan 50 m x 200 m seluas
400 + 96 = 496 m persegi
Petakan 100 m x 100 m seluas
200 + 196 = 396 m persegi.
4. Penetapan isolasi
Kegiatan
isolasi dimaksudkan sebagai usaha agar pada tanaman yang dibudidayakan tidak
terjadi persilangan yang tidak diinginkan, sehingga tidak terjadi kontaminasi.
Persilangan akan terjadi pada saat putik siap untuk diserbuki dan putik berada
pada wilayah jangkauan serbuk sari. Putik dan serbuk sari yang siap melakukan
penyerbukan terjadi pada fase tanaman berbunga.
Persilangan yang tidak diinginkan
dapat dicegah dengan cara :
- Menghindari terjadinya masa fase berbunga dari tanaman yang dibudidayakan, berbarengan dengan masa fase berbunga tanaman sejenis yang ditanam disekitar lahan produksi benih tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mengatur waktu tanam sedemikian rupa sehingga masa fase berbunganya tidak berbarengan. Kegiatan ini disebut dengan isolasi waktu.
- Melakukan usaha agar tanaman yang dibudidayakan pada fase berbunganya, tidak termasuk dalam wilayah jangkauan serbur sari tanaman sejenis yang ditanam disekitarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan jarak yang cukup dari tanaman sejenis disekitarnya. Jarak ini dapat dipersempit dengan memberikan barier yang berupa tanaman atau bangunan. Barier ini berfungsi untuk mencegah daya jelajah serbuk sari tanaman sejenis disekitarnya. Seringkali Barier berupa tanaman yang digunakan pula sebagai pupuk hijau. Usaha diatas disebut dengan kegiatan isolasi jarak.
Sehingga, isolasi dilakukan apabila akan ada
peluang terjadinya persilangan yang tidak dikehendaki, untuk tetap
mempertahankan kemurnian genetik benih yang akan dihasilkan.
5. Kontrol kebersihan alat-alat yang akan digunakan
Kontrol
terhadap kemurnian dapat dilakukan dengan mencegah terjadinya persilangan yang
tidak dikehendaki. Hal ini juga dapat dilakukan dengan mencegah terjadinya
pencampuran secara fisik dengan benih/biji tanaman yang tidak dikehendaki.
Alat-alat yang perlu dikontrol kebersihannya terutama jika dalam budidayanya
mempergunakan alat-alat non konvensional dan digunakan untuk berbagai varietas
atau tanaman sejenis. Alat tanam harus bersih dari sisa-sisa benih tanaman
lain, terutama yang sejenis. Alat panen juga dibersihkan, sehingga terhindar
dari campuran fisik dengan benih tanaman lain, begitu pula dengan
kantong-kantong dan wadah hasil panen juga dibersihkan.
6. Kegiatan Roguing
Roguing
merupakan salah satu kegiatan khas dalam produksi benih, sebagaimana seleksi
sebagai kegiatan khas dalam kegiatan pemuliaan dan penyiangan dalam kegiatan
agronomis. Roguing dimaksudkan sebagai kegiatan untuk membuang tanaman-tanaman
yang sangat memungkinkan menjadi sumber kontaminan melalui penyerbukan yang
tidak dikehendaki dan atau pencampuran fisik karena kemiripannya. Tanaman
tersebut dapat berupa voluntir, camuran varietas lain, dan tipe simpang (off
type). Tanaman yang terkena penyakit terbawa benih (seed borne), juga dibuang
dalam kegiatan roguing.
Voluntir
adalah tanaman sisa musim tanam sebelumnya, sehingga kontrol terhadap sejarah
lahan sangat diperlukan untuk menekan kehadiran voluntir ini. Jumlah dari
voluntir ini biasanya sangat sedikit, demikian pula campuran varietas lain
(CVL). Sumber kontaminan penting yang sering ditemukan adalah tipe simpang,
yaitu tanaman yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan karakteristik
tanaman yang dibudidayakan, tetapi secara keseluruhan belum menghantarkan
tanaman tersebut sebagai varietas lain.
Tipe simpang
bisa terjadi akibat beberapa hal, diantaranya :
- Adanya gen resesif heterozigot pada saat pelepasan varietas
- Terjadinya mutasi
- Tanaman memiliki keragaman morfologis yang luas
- Benih yang digunakan berasal dari hasil persilangan.
Penguasaan terhadap karakteristik tanaman yang dibudidayakan
(deskripsi varietas) sangat diperlukan untuk mengenali tipe simpang yang ada.
Pelaksanaan
roguin dapat dilakukan beberapa kali, terutama pada fase-fase tanaman yang
sangat berpeluang untuk mengekspersikan karakter-karakter khas varietas yang
dimilikinya, fase bibit jika memungkinkan adalah salah satu fase yang dapat
dilakukan roguing, karena karakter warna hipokotil muncul pada fase tersebut.
Kegiatan
roguing biasa dilakukan pada fase vegetatif, berbunga dan berbuah.
Karakter-karakter vegetatif seperti warna bulu daun, bentuk daun menjadi
karakter yang bisa dijadikan dasar dalam penentuan tipe simpang. Karakter warna
bunga merupakan karakter penentu varietas yang sering digunakan sebagai dasar
dalam roguin. Bentuk buah juga merupakan karakter penting, jika roguing
dilakukan pada fase berbuah. Jika roguing dilakukan pada saat fase berbuah,
maka pembuangan tanaman, tidak hanya pada tipe simpang atau CVL, tetapi juga
tanaman lain disekitar tipe simpang/CVL yang diduga telah terjadi persilangan
yang tida dikehendaki dengan tipe simpang/CVL yang dibuang.
Hal-hal yang perlu dilakukan
untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan roguing adalah :
- Tanaman hendaknya ditanam sedemikian rupa, sehingga masing-masing taaman dapat terlihat jelas pada saat roguing.
- Berjalan secara sistematik melalui pertanaman yang ada sehingga semua tanaman dapat diamati.
- Seluruh bagian tanaman yang termasuk rogue dicabut dan dibuang
- Pelaksanaan roguing sedapat mungkin dilakukan dengan membelakangi matahari dan kondisi tanaman sudah tidak ada embun.
7.
Pemanenan
Penentuan
waktu panen yang tepat sangat berpengaruh terhadap mutu benih yang dihasilkan,
terutama yang berkaitan dengan mutu fisiologis benih. Benih akan memiliki
tingkat vigor yang maksimum pada saat masak fisiologis. Kendala yang dihadapi
pada saat masak fisiologis adalah tingkat kadar air benih yang masih tinggi.
Solusinya adalah pemanenan dilakukan beberapa waktu setelah masak fisiologis
dengan harapan kadar air benih sudah cukup aman dari kerusakan mekanik akibat
pemanenan. Penundaan waktu panen mengandung resiko terkait deraan cuaca lapang.
Kondisi agrokimat yang tidak menguntungkan pada saat penundaan panen, maka akan
terjadi deraan cuaca lapang yang akan mengakibatkan penurunan mutu benih secara
drastis.
Penentuan
masak fisiologis benih dapat berdasarkan deskripsi tanaman ataupu karakter
morfologis yang praktis dilapangan. Karakter morfologis tanaman yang dapat
digunakan, seperti adanya black layer pada jagung (kecuali pada jagung manis),
lepasnya funikulus pada kelompok tanaman legum, meratanya warna merah pada
tomat, dan sebagainya. Penetapan masak fisiologis benih yang lebih akurat dapat
dilakukan dengan pengujian terhadap perubahan fisiologis, dimana pada saat
masak fisiologis benih memiliki tingkat vigor yang maksimum.
Terima kasih infonya, ini cukup membantu saya sebagai siswi dari sekolah pertanian yang masih belajar ilmu pertanian...
BalasHapusterima kasih ini soal uas saya hehehehhehee
BalasHapus